This is default featured slide 1 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

This is default featured slide 2 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

This is default featured slide 3 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

This is default featured slide 4 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

This is default featured slide 5 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

Blogroll

Jumat, 30 Desember 2011

Komunikasi Politik dalam Media Massa

Tulisan ini pernah diterbitkan dalam buku ontologi berjudul "Symphony Komunikasi Politik di Indonesia". Buku tersebut merupakan buku pertama penulis bersama rekan-rekan komunikasi UII 09, yang di launching pada 15 JAnuari 2011. Merupakan kebanggaan kami.

Media massa saat ini seringkali menjadi tunggangan politik. Tidak jarang partai politik bahkan aktor politik mengintervensi konten media untuk kepentingan golongan politiknya. Seperti yang kita sadari bahwa peran Media Massa sangat strategis dalam membentuk opini publik, sekaligus sebagai instrumen kontrol penyelenggaraan pemerintahan. Lalu, apa jadinya jika media massa dikuasai bahkan dimiliki oleh aktor politik? Pertanyaan inilah yang mendasari tulisan saya. Happy Reading.



Jelmaan Aktor Politik sebagai Owner Media Massa
Oleh  Intan Tanjung Sari

Media massa adalah suatu kebutuhan pokok yang kini tidak dapat dipisahkan dari kehidupan masyarakat. Pada era informasi saat ini konsumsi berita atau pengetahuan melalui media massa menjadi sangat relevan. Media massa sebagai pilar ke empat demokrasi sebenarnya memiliki kewajiban untuk tetap menjaga kepentingan rakyat dalam interaksinya dengan pemerintah. Implementasi fungsi ini diwujudkan dengan peran media massa dalam mengontrol kinerja pemerintah sehingga penyelenggaraan pemerintahan dapat berjalan seimbang dan tidak terjadi tumpang tindih kepentingan (overlapping of interest). Dengan kata lain media merupakan intermedian yang dapat mewujudkan hak-hak politik warga negara dalam memperoleh informasi apa saja yang berkaitan dengan penyelenggaraan pemerintahan dan memiliki urgensi dengan kepentingan publik.
Media massa juga sering disebut sebagai cermin masyarakat. Tidak hanya dalam arti tempat bagi masyarakat untuk melihat dirinya, tetapi juga pembentukan watak kultural masyarakat (Siregar, 2006: 241 dalam Sudibyo, 2009: 10). Mengingat pentingnya pengaruh media massa dalam kehidupan masyarakat, maka suatu perusahaan atau organisasi pengelola media sepatutnya memiliki landasan ideal pemberitaan yang selalu mengakomodasi kepentingan masyarakat. Dapat dicermati bahwa pada praktiknya media massa hingga saat ini tidak memiliki independensi untuk berdiri sendiri tanpa campur tangan pihak lain yang memiliki kepentingan tertentu, artinya media massa cenderung partisan dan belum sepenuhnya netral. Hal demikian dapat terjadi karena lingkungan internal organisasi media yang belum bisa lepas dari intervensi politik. Terdapat relasi kuasa pemilik modal terhadap output atau produk media itu sendiri.
   Eksistensi suatu perusahaan media massa selalu berkaitan dengan faktor ekonomi yang memungkinkan keberlangsungan proses produksi. Karena itu pemilik modal, penanam saham atau yang disebut dengan komisaris memiliki relasi kuasa atau peran dalam menentukan apakah informasi tersebut akan diperluas ke masyarakat atau tetap tertumpuk di meja redaksi tanpa terpublikasi. Tidak menutup kemungkinan bahwa jajaran komisaris dapat meliputi pengusaha bahkan aktor politik yang memiliki idealisme tersendiri dan menggunakan media sebagai sarana untuk menyalurkan ide-ide atau gagasannya kepada masyarakat.
Lingkungan atau sistem dalam pengelolaan media massa tidak terlepas dari pengaruh politik seperti nilai-nilai, gagasan bahkan tujuan politik yang dimiliki oleh pemodalnya (Freedman, 2008: 1). Kutipan tersebut dapat diartikan bahwa komunikasi politik yang dilakukan pemilik modal atau komisaris menjadi mudah mengingat kedudukan mereka yang berada pada top management struktur organisasi media. Owner atau pemilik modal dapat dikategorikan sebagai komunikator politik karena mereka memiliki suatu ideologi atau gagasan politik bahkan dapat juga suatu pencitraan diri yang ingin disampaikan pada masyarakat luas. Menurut (Hasrullah, 2010: 60), dalam perspektif panggung politik, komunikator politik memainkan peran sosial yang utama, khususnya dalam pembentukan opini publik. Dapat dikatakan bahwa pesan yang ditransformasikan media massa kepada audiens memiliki konten dengan tujuan politik tertentu yang dibawa seorang penguasa melalui sebuah organisasi media yang dikendalikannya. Oleh karena itu demokratisasi media menjadi penting untuk diperjuangkan supaya tidak hanya menguntungkan mereka yang memiliki dominasi dan kekuasaan politik.
Sedikit mengingat sejarah media massa di Indonesia pra reformasi, tepatnya sebelum mantan Presiden Soeharto resmi menyatakan pengunduran dirinya pada Mei 1998, kebebasan media dalam menyampaikan informasi sangat terbatas. Pada masa-masa itu pemerintah atau birokrat  memiliki andil yang besar dalam pembentukan regulasi media untuk membatasi ruang geraknya karena dianggap dapat menghambat pembangunan serta mengganggu stabilitas pemerintahan. Hanya beberapa koran atau surat kabar yang dapat bertahan meskipun tak luput juga dari pembredelan dengan mencabut Surat Ijin Usaha Penerbitan Pers (SIUPP) karena kontennya dianggap menentang pemerintahan yang sedang berlangsung.
 Sebelum tahun 1988 dunia penyiaran di Indonesia hanya diwarnai dua lembaga penyiaran publik yaitu Televisi Republik Indonesia (TVRI) dan Radio Republik Indonesia (RRI), meskipun setelahnya juga muncul beberapa televisi swasta seperti Rajawali Citra Televisi (RCTI) pada November 1988, disusul Surya Citra Televisi (SCTV) pada tahun 1989 dan dua tahun kemudian yaitu pada tahun 1990 berdiri Televisi Pendidikan Indonesia (TPI). Keberadaan ketiga stasiun televisi swasta tersebut juga tidak lepas dari pengaruh keluarga Cendana maupun kerabat dekatnya yang sangat powerfull pada masa itu. RCTI adalah milik Bambang Trihatmojo dan sebagian besar saham TPI dimilikki oleh Siti Hardiyanti Rukmana yang keduanya merupakan putra putri mantan Presiden Soeharto. Sedangkan 80 % saham perusahaan SCTV sendiri dikontrol oleh Henri Pribadi, seorang pengusaha etnis Cina yang memiliki hubungan dekat dengan saudara Soeharto, Sudwikatmono (Mufid, 2005: 53). Data tersebut menunjukkan bahwa pada masa itu dominasi penguasa telah mampu mengendalikan ranah media hampir secara keseluruhan.
Yang masih menjadi pertanyaan saat ini adalah, apakah pada era reformasi media massa telah bebas dari dominasi aktor politik? Karena mengingat pentingnya pemutihan media massa dari pengaruh kekuasaan pemerintah, aktor politik atau relasi antara keduanya dalam perwujudan demokrasi yang ideal. Sesungguhnya apa yang melanda media saat ini tidak beda jauh dengan era sebelum 1998, seperti yang telah dijelaskan sebelumnya bahwa media massa di Indonesia tidak terlepas dari bayang-bayang kepentingan politik yang dapat menghambat independensi tubuh media massa. Munculnya stasiun televisi swasta atau media massa yang beragam tidak dapat menjadi solusi pembebasan ruang media dari legitimasi aktor politik yang merangkap sebagai pemilik atau owner. Fenomena yang terjadi justru munculnya trend konglomerasi media yaitu kepemilikan beberapa perusahan media oleh seseorang. Misalnya kepemilikan Surya Paloh atas Metro TV serta surat kabar Media Indonesia, dan ANTV serta TVOne yang sahamnya dimiliki oleh Bakrie Group. Kemajemukan media yang ada bukan berarti buruk, hal demikian sangat diperlukan untuk mewujudkan demokrasi yang sehat, tetapi ketika seorang pemilik modal yang mayoritas memiliki peran politik terlalu kuat hal ini akan menjadi sesuatu yang perlu diwaspadai karena memungkinkan terjadinya dominasi gagasan politik yang sampai ke masyarakat.

 Kenyataan yang terjadi pada organisasi media Indonesia membuat perwujudan media massa yang terbebas dari legitimasi aktor politik hanya menjadi mimpi semata. Media massa saat ini sangat dekat dengan kekuasaan yang hegemoni untuk mewujudkan kepentingan politik seseorang sebagai pemilik modal dan bukan lagi menjadi sarana yang dapat mengakumulasi kepentingan publik. Padahal ruang publik sebagai potensi demokratis media akan tenggelam ketika rasionalitas birokrasi atau rasionalitas modal mulai mengambil alih dan mendominasi fungsi, sistem kerja, dan orientasi produksi media (Mc Chesney, 1997: 29).

Teori Jarum Hipodermik atau Hypodermic Needle Theory berasumsi bahwa selain mempunyai pengaruh yang kuat, pengelola media juga dianggap sebagai orang yang lebih pintar dibanding audience. Akibatnya, audience bisa dikelabuhi sedemikian rupa dari apa yang disiarkannya (Nurudin, 2007: 166). Seperti contoh beberapa waktu lalu, TVOne menyiarkan tentang kebenaran berupa klarifikasi bencana Lumpur Lapindo yang telah terjadi empat tahun terakhir sejak 2006 silam. Terkait dengan pemulihan citra yang dilakukan pemiliknya, dalam hal ini Abu Rizal Bakrie ingin menyampaikan kepada masyarakat tentang peristiwa lumpur dengan frame bencana alam, bukan semata-mata kesalahan pihak PT. Lapindo. Klarifikasi tersebut menghadirkan sekelompok peneliti asal Rusia yang menjelaskan bahwa lumpur Sidoarjo, sebagaimana sebutan TVOne untuk peristiwa tersebut menerangkan keluarnya lumpur setelah proses pengeboran bukan kesalahan karena kelalaian dari petugas. Sebenarnya pihak Lapindo sudah memenuhi Standart Operasional Prosedure (SOP) yang ditetapkan, namun karena adanya pengaruh gempa di Jogja pada Mei 2006 dan terdapat ribuan gunung lumpur yang berada di bawah Pulau Jawa berpotensi kuat untuk memicu luapan lumpur yang begitu dahsyat di daerah Porong, Sidoarjo. Informasi tersebut secara implisit memiliki tujuan pemulihan image komunikator untuk mengembalikan stabilitas kedudukan politiknya di mata masyarakat. Siaran tersebut hanya sebagian kecil dari berbagai contoh tentang pengaruh kekuasaan seorang owner perusahaan media yang berhak untuk memilih atau melakukan filterisasi terhadap peristiwa apa saja yang ingin disampaikan kepada publik.
Pada praktiknya, pemulihan citra positif tersebut memanfaatkan ilmu pengetahuan sebagai suatu instrumen yang dapat dipercaya oleh publik. Dalam (Sudibyo, 2009: 161), Michael Foucault berteori tentang relasi antara kekuasaan dan pengetahuan dimana setiap bentuk kekuasaan, politik, maupun ekonomi akan berusaha memproduksi pengetahuan dan kebenarannya sendiri guna memonopoli tafsir realitas di ruang-ruang perdebatan publik. Sebaliknya, setiap bentuk pengetahuan secara intrinsik senantiasa mengandung dimensi kekuasaan. Pengetahuan tak pelak adalah modal simbolik untuk menuju lingkar kekuasaan, atau untuk meraih keuntungan dari beroperasinya sebuah kekuasaan. Penguasaha dan pejabat “bermasalah” sadar untuk memasuki wilayah pertarungan simbolik (symbolic struggles) dengan cara melibatkan komunitas intelektual-akademisi untuk mendelegitimasi media melalui ruang perdebatan ilmiah. Hingga sekarang media massa belum “sepenuhnya” memiliki idealisme sepenuhnya tanpa campur tangan pihak lain. Demokratisasi media massa tidak akan terealisasi selama konten bernada partisanship masih mendominasi tubuh media itu sendiri. Sedikit mengutip Agus Sudibyo dalam bukunya “Kebebasan Semu” bahwa Diversity of Content tak mungkin terwujud tanpa Diversity of Ownership!


Daftar Pustaka
Freedman, Des (2008). The Politics of  Media Policy. Cambridge, Polity Press.
Hasrullah (2010). Pertarungan Elite dalam Bingkai Media. Yogyakarta, Adil Media.
Mufid, Muhammad (2005). Komunikasi dan Regulasi Penyiaran. Jakarta, Kencana Prenada Media Group.
Nurudin (2007). Pengantar Komunikasi Massa. Jakarta: PT. Rajagrafindo Persada
Sudibyo, Agus (2009). Kebebasan Semu. Jakarta, Kompas.

IMC-Segmentasi Pasar & Brand Positioning

Pemilihan Segmentasi pasar dan Brand Positioning yang tepat merupakan kunci kesuksesan sebuah perusahaan di tengah sesaknya persaingan dengan kompetitor lain.

 Dalam menghadapi persaingan pasar, suatu perusahaan barang atau jasa tentunya menganalisis beberapa hal yang dianggap penting untuk kelangsungan hidup perusahaanny. Pihak produsen seringkali melakukan perencanaan untuk mengidentifikasi situasi pasar yang sekiranya menguntungkan atau justru dapat menjadi penghalang, salah satunya dengan memanfaatkan analisis SWOT.
Setelah mengevaluasi peluang dan mengidentifikasi kompetitor dengan berbagai segmentasi pasar, sebuah perusahaan barang dan jasa dapat memilih satu macam atau lebih target pasarnya. Dengan adanya target pasar ini, perusahaan lebih fokus saat merealisasikan tujuan dan sasaran dalam rangka usaha untuk membentuk perilaku konsumen sesuai harapan yang diinginkan oleh perusahaan itu sendiri.
Ketika menentukan strategi pemasaran, perusahaan juga harus mengidentifikasi secara spesifik tentang kebutuhan pasar dan bagaimana menyampaikan isi pesan ke konsumen secara efektif. Hal tersebut dilakukan untuk menghadapi keinginan konsumen yang bermacam-macam, sesuai dengan kebutuhan, kebiasaan dan gaya hidup mereka. Dengan mempertimbangkan segmentasi pasar dan brand positioning secara tepat, maka barang atau jasa yang ditawarkan akan memiliki tempat tersendiri dibenak konsumen, sehingga tercapai perilaku membeli dari para konsumen. 
           Segmentasi Pasar

Pengertian
Adalah Suatu aktivitas membagi atau mengelompokkan pasar yang heterogen menjadi pasar yang homogen atau memiliki kesamaan dalam minat, daya beli, geografi, perilaku pembelian maupun gaya hidup. Adapun peran penting dari segmentasi pasar yaitu:
a. Memungkinkan perusahaan untuk lebih fokus dalam mengalokasikan sumber daya dan memberikan gambaran bagi perusahaan untuk menetapkan segmen mana yang akan dilayani.
b.Merupakan dasar untuk menentukan komponen-komponen strategi.segmentasi yang disertai dengan pemilihan target market dan memberikan acuan dalam penentuan positioning.
c. Merupakan faktor kunci untuk mengalahkan pesaing dengan memandang pasar dari sudut yang unik dan cara yang berbeda dari yang dilakukan pesaing.
          Klasifikasi segmentasi pasar
            Pengusaha yang melakukan segmentasi pasar akan berusaha mengelompokkan konsumen ke dalam beberapa segmen yang secara relatif memiliki sifat-sifat homogen dan kemudian memperlakukan masing-masing segmen dengan pelayanan yang berbeda.
      Klasifikasi atau pengelompokkan tersebut dapat dibedakan berdasarkan hal-hal di bawah ini,seperti:
           Segmentasi Geografi (Geographic Segmentation)
Merupakan pengelompokkan yang dilakukan berdasarkan faktor geografinya, seperti wilayah kota, provinsi, negara, dan lain-lain.
      Segmentasi Demografi (Demographic Segmentation)
Merupakan pengelompokkan yang berdasarkan kelas sosial dengan variable usia, jenis kelamin, pendidikan, pekerjaan, dan lain-lain.
         Segmentasi Psikografi (Psychographic Segmentation)
Merupakan pengelompokkan berdasarkan karakteristik dan gaya hidup setiap konsumen seperti motivasi, kepribadian, persepsi, interest, minat dan sikap.
        Segmentasi Perilaku Konsumen (Behavioristic Segmentation)
     Merupakan pengelompokkan konsumen berdasarkan pengetahuan, sikap penggunaan atau reaksi mereka terhadap produk, pemakaian, loyalitas atau respon membeli. Segmentasi Perilaku dapat diukur dengan indikator sebagai berikut (Armstrong, 1997):
Manfaat yang dicari
Mengelompokkan pembeli menurut manfaat berbeda yang mereka cari dari produk.
Status Pengguna
Pasar dapat disegmentasikan kelompok bukan pengguna, mantan pengguna, pengguna potensial, pengguna pertama kali dan pengguna regular dari suatu produk. Pengguna potensial dan pengguna regular mungkin memerlukan himbauan pemasaran yang berbeda.
Tingkat Pemakaian
Pasar juga dapat disegmentasikan menjadi kelompok pengguna ringan, menengah dan berat. Jumlah pengguna berat seringkali hanya persentase kecil dari seluruh pasar tapi menghasilkan persentase yang tinggi dari total pembelian. Pengguna produk dibagi menjadi dua bagian sama banyak, sebagian pengguna ringan dan sebagian lagi pengguna berat menurut tingkat pembelian dari produk spesifik.
 Status Loyalitas
Sebuah pasar dapat juga disegmentasikan berdasarkan loyalitas konsumen. Konsumen dibagi menjadi beberapa kelompok menurut loyalitas mereka terhadap produk.
      Pola Segmentasi Pasar 
     Untuk mengidentifikasi preferensi segmen ada 3 pola segmentasi pasar yang dapat digunakan (Kotler, 2003) adalah:
           Homogeneus preference (preferensi homogeny)
Merupakan pola yang menunjukkan bahwa konsumen memiliki preferensi yang sama terhadap produk atau jasa yang ditawarkan.

 Diffused preference (preferensi yang menyebar)
Merupakan pola yang menunjukkan bahwa konsumen memiliki preferensi yang beragam terhadap suatu produk atau jasa yang ditawarkan.
     Clustered preference (preferensi yang mengelompok)
Merupakan pola yang menunjukkan bahwa konsumen memiliki preferensi yang berkelompok (satu kelompok memiiki kesamaan preferensi).

 Prosedur dan Proses Segmentasi Pasar 
      Ada tiga tahap yang harus dilakukan dalam segmentasi pasar (Kotler, 2003) yaitu:
           Survey stage
Merupakan tahap melakukan eksplorasi baik melalui focus group discussion atau dengan wawancara terhadap beberapa kelompok konsumen. Untuk memperoleh keterangan mengenai motivasi, sikap dan perilaku, dengan ini peneliti dapat menggali lebih lanjut dengan menggunakan kuesioner. 

 Analysis stage
Merupakan tahap analisis terhadap informasi yang telah diperoleh melalui survey untuk menciptakan atau mengetahui kelompok-kelompok pasar yang secara signifikan memiliki perbedaan karakteristik.
      Profiling stage
Merupakan tahap untuk mengindentifikasi profil masing-masing cluster yang terbentuk berdasarkan sikap dan perilaku, demografi, psikografi, manfaat atau value yang diharapkan dari sebuah program.

Syarat Segmentasi yang Efektif
 Dalam melakukan segmentasi, perusahaan perlu memperhatikan efektivitas segmentasi tersebut. Syarat segmentasi yang efektif adalah (Kotler, 2003).
  Measurable (terukur)
Berarti segmen pasar harus dapat membantu perusahaan dalam mengukur potensi pasar, daya beli konsumen serta ukuran alokasi sumber daya.

Substansial (banyak)
Berarti segmen tersebut harus besar dan profitable untuk dilayani.
      Accessible (dapat diakses)
Berarti segmen tersebut harus mudah dijangkau untuk dilayani.

Differentiable (dapat dibedakan)
Berarti segmen tersebut dapat dijangkau atau dilayani dengan sumber day a yang dimiliki perusahaan.
Manfaat dan Kelemahan Segmentasi
               Secara umum segmentasi bermanfaat untuk meningkatkan posisi kompetisi perusahaan dan memberikan pelayanan yang lebih baik kepada konsumen. Weinstein (1994) mengemukakan tentang empat manfaat segmentasi, yaitu:
            Designing responsive products to meet the needs and of the market place.
Melalui penelitian preferensi konsumen, perusahaan berjalan ke arah penyelesaian konsep marketing yaitu kepuasan konsumen yang akan membawa keuntungan. 

Determining effective and efficient promotional strategies
Segmentasi sebagai alat perencanaan merupakan alat identifikasi dan analisa yang berharga untuk mengembangkan communication mix, sehingga dapat dipilih alat promosi yang sesuai untuk menargetkan pada media yang tepat.

Evaluating market competition in particular promotional the companys market position
Riset segmentasi menyediakan mekanisme yang cerdas dan kompetitif untuk mengakses dan membandingkan perusahaan agar sesuai dengan standart. 

Providing insight on present marketing strategies
Segmentasi sangat penting untuk melakukan evaluasi secara periodic terhadap marketing strategi perusahaan saat ini dengan cara memanfaatkan peluang baru dan menghindarkan dari adanya potensi terhadap ancaman.

Sekalipun tindakan segmentasi memiliki keuntungan dan manfaat namun juga mengandung sejumlah resiko yang sekaligus merupakan kelemahan dari tindakan segmentasi itu sendiri, antara lain:

  • Biaya produksi akan lebih tinggi, karena jangka waktu proses produksi lebih pendek. 
  •  Biaya penelitian atau riset pasar akan bertambah searah dengan banyaknya ragam dan macam segmen pasar yang ditetapkan.
  • Biaya promosi akan menjadi lebih tinggi, ketika sejumlah media tidak menyediakan diskon.
  •  Kemungkinan akan menghadapi pesaing yang membidik segmen serupa.
 Menentukan target market 
Dalam menetapkan target market, perusahaan dapat mempertimbangkan 5 pola yaitu: 
Single segment consentration
Adalah perusahaan dapat memilih satu segmen saja. Keuntungannya, perusahaan lebih bisa mencapai posisi yang kuat disatu segmen namun memiliki kelemahan yaitu konsentrasi disatu segmen mempunyai resiko yang cukup besar, sehingga alasan ini yang mendasari perusahaan untuk memiliki lebih dari satu segmen.
           Selective specialization
Adalah perusahaan menyeleksi beberapa segmen. Segmen yang dipilih mungkin tidak saling berhubungan namun masing-masing segmen menjanjikan uang. Walaupun  salah satu segmennya tidak produktif, tetapi perusahaan tetap memperoleh pendapatan atau keuntungan dari segmen yang lain. 

  Products specialization
Adalah perusahaan berkonsentrasi membuat produk khusus atau tertentu. Perusahaan dapat membangun reputasi yang kuat di produk yang spesifik.namun resikonya yaitu apabila terjadi kekurangan bahan untuk membuat produknya atau keterlambatan melakukan perubahan teknologi.
            Market Specialization
Adalah perusahan berkonsentrasi melayani berbagai kebutuhan dalam kelompok tertentu. Perusahaan memperoleh reputasi yang kuat dan menjadi channel  untuk semua produk baru yang dibutuhkan dan dipergunakan oleh kelompk tersebut. Resiko kerugian akan timbul apabila kelompok tadi mengurangi pembeliannya.

 Full Market Coverage
Adalah perusahan berusaha melayani semua kelompok dengan produk yang dibutuhkan. Namun, hanya perusahaan besar yang bisa melakukannya. 

BRAND POSITIONING

 Pengertian
Adalah suatu strategi dalam kegiatan pemasaran untuk membentuk citra suatu merk atau brand yang bertujuan menciptakan perbedaan (different), keuntungan (advantage), manfaat (benefit) yang menbuat konsumen selalu ingat dengan suatu produk.
Positioning dapat dibedakan berdasarkan 5 dimensi kualitas layanan yang meliputi:
·         Reliability, kompetensi perusahaan
·         Assurance, jaminan tertentu pada pelanggan
·         Tangibles, memberikan pelayanan yang nyata
·         Emphaty, memahami kepuasan emosional pelanggan.

      Cara Menyusun Positioning
a.       Step 1 : Identifikasi target
b.      Step 2: Menentukan Frame of Reference pelanggan
c.       Step 3: Merumuskan Point Of Differentiation (mengapa konsumen memilih kita)
d.      Step 4: Menetapkan keunggulan kompetitif produk (bisa dinikmati sebagai sesuatu yang berbeda)
  Syarat Membangun dan Menentukan Positioning
a.       Customer, berdasarkan nilai apa yang bisa diperoleh pelanggan dari produk, merk kita.
b.      Company, berdasarkan kekuatan dan kapabilitas perusahaan.
c.       Competitor, berdasarkan keunikan yang membedakan dengan pesaing
d.      Change, berdasarkan perubahan yang relevan dengan kondisi lingkungan bisnis.

           Basis atau Landasan Penentuan Positioning
Dalam menetapkan atau penentuan positioning, perusahaan dapat memperhatikan faktor-faktor di bawah ini sebagai basis atau landasan positioning diantaranya:
a.       Proposisi nilai dan manfaat yang perusahaan dapat berikan
b.      Pencapaian yang telah dihasilkan perusahaan
c.       Segmen pasar dan pelanggan yang tlah ditargetkan
d.      Atribut yang jadi keunggulan produk dan merk perusahaan
e.       Bisnis bary yang dimasuki
f.       Originalitas dan posisi sebagai perusahaan atau merk baru di pasar.

           Mengkomunikasikan Positioning
Dalam mengkomunikasikan positioning, sebuah produk perusahaan harus memperhatikan faktor-faktor di bawah ini :
a.     Be Creative – perusahaan harus kreatif untuk mencuri perhatian konsumen atau target market.
b.    Simplicity – Komunikasi yang dilakukan harus Sederhana dan sejelas mungkin.
c.    Consistent yet flexible – perusahaan harus konsisten dan melihat kondisi.
d.    Own, dominate, protect – dalam komunikasi, perusahaan harus memiliki satu atau beberapa kata ampuh di benak pelanggan.
e.  User their language – dalam mengkomunikasikan positioning, perusahaan harus menggunakan bahasa pelanggan.

   DIFFERENTIATION 
                  Pada saat ini konsumen kesulitan dalam menemukan keunikan sebuah merek disbanding merk lain. Tak ada lagi pembeda atau differentiation yang jelas. Hampir semua merk atau brand cenderung memberiakn nilai yang sama, hal ini mengarah pada perubahan produk menjadi mirip komoditas, yang pembedanya hanyalah harga. Bila ini berlangsung terus dalam jangka yang panjang, industri akan menjadi semakin tidak menarik.
      Pengertian
 Adalah upaya kita merancang seperangkat perbedaan yang bermakna dalam tawaran “kita”. Perusahaan membedakan dirinya sendiri dari competitor yang ada dengan menjadi lebih unik dan bernilai bagi pembeli.
Perusahaan dapat melakukan diferensiasi pada 5 dimensi yaitu:
·         Product: Fiture, Performance, Design, dll
·         Service: Kemudahan, kecepatan, empati, distribusi, delivery, dll
·         Channel: Customer service, channel coverage, dll
·          People: capabilitas, skiil, budaya kerja, dll
·         Image: logo,identitas merk, karakter, celebrity endonser

          Syarat Diferensiasi
·         Mampu mendatangkan Excellent value ke pelanggan
·         Harus berupa keunggulan dibanding pesaing
·         Memiliki uniqenees, sehingga tidak gampang ditiru

          PENUTUP
Mengingat betapa pentingnya peran segmentasi pasar dan barand positioning dalam kegiatan marketing maka diperlukan penentuan kedua hal tersebut secara matang oleh suatu perusahaan supaya dapat memenuhi kebutuhan perusahaan secara efektif dan efisien. Sgmentasi pasar dan brand positioning memang melalui beberapa tahapan yang bervariasi dan terlihat rumit dan memungkinkan penggunaan dana yang cukup banyak, namun kedua hal ini sangat berjasa untuk menentukan eksistensi suatu perusahaan produk atau jasa dalam mengidentifikasi keinginan konsumen yang berfarisi.

DAFTAR PUSTAKA
George E & Belch Michael A. Advertising and Promotion. An integrated Marketing Communications Perspective. Seventh ed. McGraw Hill Irwin. US.2007
http;//saridewihidayani.multiply.com/journal/item/11

Rabu, 28 Desember 2011

The Owner

Intan Tanjung Sari, secara de facto lahir di Pendopo, Palembang. Tapi, karena lain hal yang tak terduga, ya biasalah manusia selalu penuh dengan berbagai kemungkinan, membuat saya secara de jure tertulis bertempat tanggal lahir di Salatiga pada 8 Juli 1991.

Dari kecil mengidolakan sosok Rosiana Silalahi, waktu itu Rosi masih sebagai News Reader belum jadi News Anchor. Sepele memang, mengidolakan pembaca berita karena menurut saya Rosi seorang wanita yang sangat cerdas. Siapa sangka, itulah yang menjadi titik tolak segala usaha saya untuk mencapai mimpi "to be like her".

Bicara tentang mimpi dan minat.... sejak SD, mama selalu bilang "besok, kalo uda kuliah masuk FISIP aja ya"... lanjut eyang uti selalu bilang "nih anak cerewet banget, cocoklah jadi penyiar". Pikiran masa kecil saya berputar mengenai apa itu FISIP? apa iya cerewet itu bisa disalurkan ke hal positif? Singkat cerita, waktu itu saya sudah SMP. karena banyak hal di luar dugaan terjadi, saya harus merasakan hidup kos dini sewaktu SMP. Hidup bersama mahasiswa itu rasanya wow!! kata saya dalam hati "wah bisa dewasa karbitan nih". Kembali lagi, di manapun kita harus positif thinking, bahwa ini semua pasti akan mendatangkan manfaat plus dibandingkan anak-anak seumuran saya yang lain.
Guess what?? that's really true. Hidup dengan mahasiswa banyak manfaatnya loh selain kita harus selektif juga milih pergaulan. jadi, ada salah satu mahasiswa FISIP UKSW yang ambil jurusan Ilmu Komunikasi. Seneng banget bisa dapet banyak cerita tentang komunikasi dan cerahlah sudah konsep FISIP di masa kecil.

Mulai masuk SMA, makin sadar kalo saya suka dan tertarik banget sama dunia komunikasi. Nggak tau kebetulan atau emang kemampuan, bisa banget waktu psikotes nilai tertinggi tertulis jelas dalam bidang komunikasi. Semakin yakin dan nggak galau buat milih jurusan atau takut salah pilih jurusan. Beside, thx full to my mom...beliau nggak pernah sama sekali ngelarang saya buat pilih jurusan apapun di perguruan tinggi. The Most Democratic mommy in the world I think. Sayang sekali, perguruan tinggi negri ga ada yang mau terima saya di komunikasi. Bisa dibilang hopeless juga. Minat komunikasi kok malah diterima di Teknik Informatika Tri Sakti, pinternya ngipik kok malah jadi teknisi. Untung saya ga gegabah asal comot jurusan hehhee.

Muter-muter cari perguruan tinggi apa ya... Terpilihlah Universitas Islam Indonesia atas rekomendasi alumni yang menjadi tokoh penting dalam hidup saya hehehe. Ikut tes CBT dan langsung diterima dengan peringkat yang bisa dibilang membanggakan dan yang penting itu KOMUNIKASI. Alhamdulillah. dan...... Wow, melotot saya (bener, yang ini ga boong). Ternyata Komunikasi UII terakreditasi C, sodara-sodara!
Bingung juga, kenapa kita ga ada yang sadar tentang status program studi yang menentukan gengsi itu. Tapi, sekali lagi ini semua pasti ada hikmahnya. Selalu memotivasi diri sendiri bahwa di manapun kita berada, perguruan tinggi manapun tempat kita menimba ilmu, pastilah mendatangkan manfaat. Ibarat kata "yang penting orangnya, bukan kampusnya" cieeee....

Minat saya masuk komunikasi lebih kepada dunia Public Relation. Kalo boleh saya jelaskan alasannya, PR itu fleksibel banget. PR juga dituntut multi talenta, selain harus pandai "ngipik", seorang PR juga harus pinter nulis, makannya blog ini bisa jadi ajang belajar nulis hehhehehe. PR itu nggak bisa lepas dari hubungan sama banyak pihak, namanya juga relation makannya kita nggak bisa anti sosial, dan pandai bergaul adalah tuntutan utama. Nah yang paling penting lagi, penampilan harus bener-bener diperhatikan. bukan berarti kita harus cantik, good looking aja uda cukup kok. cerdas dan berkepribadian menarik, kayak jawaban Puteri Indonesia banget ya hihihi...

Semester 1...2...3...4...5... berlalu dan saya berkutat dengan ilmu PR serta serba serbinya yang menyenangkan, nah kan bener dugaan saya. Enjoy banget ya kalo kuliah sesuai minat, bisa hasilin output yang insyAllah expert. Seneng loh punya karya, seneng loh lihat mama senyum, seneng bisa berguna, minimal buat hidup saya sendiri. Alhamdulillah.
Semua kegiatan, pengetahuan, pengalaman, opini bakal saya share ke temen-temen melalu media ini.
So, Happy Reading guys in my Blog "We Are Public Relations"